Sewaktu saya kecil..... Kerukunan umat beragama sangaaatt terjaga. Indah sekali. Kami meyakini agama kami masing masing dan tetap menghormati agama orang lain. Tidak ada yang saling menghujat, tidak ada yang menunjukkan bahwa agamanya lah yang paling benar. Cukup di imani di dalam diri dan hati masing-masing. Kami bisa berjalan beriringan. Tapi... sekarang kenapa begini ya.... Kamu... nggak gitu kaaannn????
Ini benar benar ungkapan dari hati saya yang terdalam. Saya sediihhhh kalau lagi buka-buka medsos, dan isinya orang saling mencela, mencaci, memaki, didasarkan atas nama agama. Padahal agama mana pun nggak ada yang mengajarkan kejelekan. Yang bikin sedihnya lagi, yang suka melakukan hal hal tersebut di atas adalah kawan kawan yang saya kenal, yang saya tahu dulu kami bisa berjalan beriringan... belajar bersama, makan bersama, tertawa bersama, bahkan menangis bersama. Tapi biarlah mereka begitu... yang terpenting, saya tidak begitu, dan saya tidak terpancing untuk membalas yang seperti itu....
Duh.. jadi kangen masa kecil ya...
Saya seorang muslim. Saya lahir dan besar di Bali. Dari kecil, saya sudah biasa hidup dalam keberagaman, dan tentu saja dalam kerukunan. Saling menghormati, itu aja kuncinya. Saya rasa nggak susah. Sama sekali tidak susah. Semua orang seharusnya bisa. Inget nggak, waktu kecil dulu.. kita sering diajakin sama orang tua kita ke rumah temen-temennya yang berlainan agama saat mereka merayakan hari besar agamanya. Kita bisa ngobrol hangat dan santai.. Akrab... Asyik kan? Saya juga inget, waktu di Bali, kalau kami sedang melaksanakan Shalat Ied, kami dijaga oleh pecalang (polisi adat di Bali) dan tentu saja juga ada polisi lainnya yang sudah pasti bukan muslim. Saat perayaan Natal, di gereja gereja juga di jaga oleh polisi polisi yang saya yakin juga bukan polisi yang sedang merayakan Natal. Kalau hari raya Nyepi di Bali, para remaja yang tidak beragama Hindu pun membantu menjaga ketertiban sehingga para masyarakat yang beragama Hindu bisa khusyuk melaksanakan Tapa Bratha nya. Begitu juga saat para masyarakat yang beragama Budha sedang merayakan Waisak.
Waktu SMP dan SMA, saya bersekolah di sekolah negeri. Setiap masuk sekolah dan pulang sekolah, kami wajib berdoa, yang mana di sekolah saya doa yang di rapalkan dengan keras adalah doa Umat Hindu. Para siswa yang beragama selain Hindu, bisa berdoa di dalam hati masing-masing. Tidak masalah....
Saat istirahat sore, kami para siswa yang Muslim di maklumi jika terlambat kembali ke kelas karena kami harus berjalan beberapa meter ke Musholla terdekat untuk melaksanakan Shalat Ashar. Indah...
Saat Bulan puasa pun, kami para siswa yang Muslim di maklumi jika tidak ikut pelajaran olahraga. Anugerah....
Di rumah saya sekarang ini di Lombok, lingkungannya juga beraneka ragam. Tetangga saya beragam. Makanya jadi asyik. Kalau saya mudik lebaran, bisa titip-titip rumah ke mereka. Kalau mereka berhari raya, saya juga bisa keliling-keliling ke rumah-rumah mereka nyari makanan #eh#...
Saat tetangga saya yang beragama Hindu sedang ada upacara di rumahnya, atau tetangga saya yang beragama Kristen mengadakan persembahyangan di rumahnya, maka saya akan membuka pintu lebar-lebar dan mempersilakan mereka menggunakan depan rumah saya untuk parkir kendaraan para tamu. Saat kami sekeluarga harus pergi ke masjid untuk pengajian juga siapa lagi yang mengawasi rumah saya kalau bukan tetangga.
Sohib nya Fira di perumahan juga beragama Hindu. Kalau sudah menjelang Maghrib, mereka sama sama menghentikan keasyikan bermainnya. Teman Fira tau kalau Fira harus Shalat Maghrib dan mengaji, sementara Fira juga tau kalau temannya juga harus bersembahyang di saat Maghrib.
Yah begitulah... Biarlah di luar sana saling sibuk mencela si A hingga si Z atas dasar agama ,,, tapi yang terpenting saya tidak ikut-ikutan. Saya mau yang adem ayem aja.. Saya mau yang indah indah aja.. Kamu ..... mau juga kaaannn... ?????
Kami berbeda... tapi kami saling mencintai.... ahaaaayyyyy.....
dan kami... sama sama belum mandi saat di foto ini...
==Foto tahun 2006==